Rabu, 18 Januari 2012

Pulau Jemur

PULAU JEMUR


    Pulau Jemur secara administratif termasuk ke dalam wilayah Desa Teluk Pulai, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Secara geografis Pulau Jemur terletak pada posisi 02º52’53” LU dan 100º33’51” BT di Selat Malaka.  Pulau Jemur terletak sekitar 72,4 km dari Bagansiapiapi dan 64,3 km dari Pelabuhan Klang di Malaysia. Pulau dengan luas 250 Ha ini merupakan pulau terluas dari Kepulauan Arwah, gugusan Sembilan pulau, yaitu P. Saranggalang, P. Labuan Bilik, P. Jemur, P. Pertandangan, P. Tukong Mas, P. Tukong Simbang, P. Batu Mandi, P. Batu Berlayar, dan P. Batu Adang.
     Pulau jemur tidak berpenduduk, yang tinggal dan menjaga pulau adalah prajurit TNI-AL yang berjumlah 9 orang dan Petugas Instalasi Menara Suar Kementerian Perhubungan berjumlah 5 orang. Pulau ini menjadi tempat persinggahan nelayan untuk sekedar istirahat, mengambil air tawar atau berlindung dari cuaca buruk.
Kebutuhan hidup sehari-hari bagi yang menjaga pulau di suplai oleh masing-masing instansi.


Sejarah Pulau Jemur
      Sejarah Pulau Jemur tercatat bermula dari penjelajahan salah seorang panglima kerajaan Siak Sri Indrapura yang bernama Datuk tanah Lor. Setelah menemukan Pulau Jemur, pada tahun 1732 beliau melaporkannya kepada Sultan Siak (Raja Siak I). Selanjutnya oleh Raja Siak I, Datuk Tanah Lor disetujui menjadi penguasa Pulau Jemur. Selanjutnya penguasaan Pulau Jemur diwariskan kepada keturunan-keturunan Datuk Tanah Lor.
       Pada masa Pulau Jemur dibawah kepemimpinan datuk Adam (Tahun 1800-an) terjadi peristiwa Panglima Layar (merupakan seorang desester dari Kerajaan Malaka) yang secara paksa menguasai Pulau Jemur. Panglima Layar menguasai pulau pulau ini dan tidak mau membayar upeti (pajak) dari sumberdaya alam yang terdapat di Pulau Jemur. Selanjutnya Panglima Layar berhasil dibunuh oleh beberapa orang yang berasal dari Bangko, Kubu, Pasir Limau Kapas, dan Tanah Putih.
         Selanjutnya penguasa-penguasa Pulau Jemur selalu membayar pajak hasil alamnya kepada kerajaan Siak Sri Indrapura. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, kerajaan Siak Sri Indrapura bergabung dibawah wilayah administrasi Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.

Kondisi Geografis
            Pulau Jemur merupakan gugusan pulau yang dikelilingi oleh laut dengan struktur pantai berbatu dan bertebing terjal, hanya sebagian kecil berpasir dan mempunyai perbedaan air laut pasang maupun surut yang besar. Pulau Jemur sebagai UGK-II.3.2 atau Pos TNI AL terdepan (Pos deteksi) yang langsung berhadapan dengan negara Malaysia. 

        Aksesibilitas
             Aksesibilitas menuju Pulau Jemur dapat dikatakan tidak mudah. Pulau ini dapat ditempuh melalui jalur udara dengan menggunakan helikopter. Di Pulau Jemur tersedia helipad yang merupakan landasan untuk landing helikopter seluas 15 m x 25 m. Akses lain yang dapat ditempuh menuju Pulau Jemur adalah melalui jalur laut dengan menggunakan perahu dari Pelabuhan Bagansiapiapi. Waktu tempuh dari Bagansiapiapi menuju Pulau Jemur adalah 7 jam. Untuk mencapai Bagansiapiapi dari Pekanbaru, yang merupakan ibukota dari Provinsi Riau dapat ditempuh melalui jalur darat dengan waktu tempuh berkisar 6 – 7 jam dengan kondisi jalan beraspal namun banyak yang mengalami kerusakan pada beberapa titik.

                                                                           Landasan Helikopter
       
        Sarana dan Prasarana
            Sarana perhubungan antar pulau yang terdapat di Pulau Jemur adalah menggunakan perahu. Di Pulau Jemur tidak terdapat jetty ataupun dermaga sebagai tempat berlabuhnya perahu. Biasanya perahu ini dapat bersandar di daerah berpasir yang terdapat pada salah satu sisi Pulau Jemur.
             Fasilitas penerangan yang terdapat di Pulau Jemur adalah Listrik Tenaga Diesel baik milik TNI-AL maupun Perhubungan sedang Listrik Tenaga Surya (LTS) saat ini sudah tidak berfungsi lagi. Infrastruktur jalan yang tersedia berupa jalan setapak yang terbuat dari semen dan dalam kondisi yang bagus.  

                                                                        Jalan setapak

               Untuk kebutuhan air bersih di Pulau Jemur, pada umumnya bersumber dari air tanah dan air hujan. Kualitas air tanah yang dihasilkan cukup baik.Di pulau Jemur juga terdapat bak penampungan air hujan yang airnya dapat digunakan untuk  memenuhi kebutuhan sehari-hari. 
                Di Pulau Jemur tidak terdapat sarana kesehatan. Akan tetapi di Pulau Jemur sarana kebersihan sudah cukup baik. Hal ini diperlihatkan dengan adanya sarana MCK (Mandi Cuci Kakus) yang baik. Selain itu, di Pulau Jemur tidak terdapat sarana pendidikan. 
             Sarana peribadatan untuk menunjang kegiatan beribadah yang terdapat di Pulau Jemur adalah satu buah masjid walaupun kondisi tidak terawat. Karena letaknya yang strategis, Pemerintah membangun POS TNI AL di Pulau Jemur. Selain itu, di Pulau Jemur juga terdapat bangunan dan menara navigasi (Mercusuar) setinggi 13 meter peninggalan Belanda yang dibuat pada tahun 1818 serta tempat penangkaran habitat penyu hijau. Sarana lain yang terdapat di Pulau Jemur adalah 3 unit rumah perisirahatan milik Pemda Rokan Hilir di Pulau Jemur yang tidak terawat dengan baik. Selain itu juga terdapat bangunan tempat bersantai.

                                                Pos TNI-AL                                   Mercusuar

                            Rumah peristirahatan milik Pemda              Tempat santai (Gazebo)


Vegetasi
             Vegetasi yang paling dominan di Pulau Jemur adalah hutan campuran dan semak-semak. Jenis vegetasi mangrove yang ada di sekitar Pulau Jemur sangat sedikit. Vegetasi yang ada di Pulau jemur seperti: kelapa (Cocos nucifera), ketapang (Terminalia catappa), pandan laut (Pandanus tectorius), cemara laut (Casuarina equisetifolia), dan tanaman kebun seperti mangga, pisang, serta jeruk. 

Vegetasi pantai
V
         
                Fauna
             Fauna daratan yang terdapat di Pulau Jemur antara lain hewan ternak (ayam, angsa) kucing, ular, biawak, dan berbagai jenis burung.

                Mangrove
              Tumbuhan mangrove yang terdapat di Pulau Jemur hanya diwakili oleh beberapa jenis saja. Kondisi mangrove yang sangat sedikit tersebut diduga karena kurangnya substrat lumpur di sekitar pulau-pulau dan lebih dominan batu cadas, sementara substrat yang demikian tidak cocok untuk perkembangan vegetasi mangrove. Mangrove ditemukan hanya pada lokasi-lokasi yang pantainya ditemukan sedikit pasir berbatu. Adapun jenis-jenis mangrove yang ditemukan antara lain dari jenis bakau, api-api, dan nyirih.
  
           Potensi Perikanan dan Kelautan
             Jenis-jenis ikan yang terdapat di sekitar perairan Pulau Jemur mirip yang dijumpai di Bagansiapiapi dan Panipahan. Adapun jenis-jenis ikan yang dijumpai di perairan Pulau Jemur yaitu ikan kurau, senangin, tenggiri, bawal putih, bawal merah, bawal hitam, parang-parang, kakap, selidah, senunggang, sembilang, kembung, gulama bintang, talang, pari, gerot-gerot (jenak), manyung, hiu, cencaru, kerapu, jumbul, baji, baing-biang, kelampai, malung, puput, lomek, duri, gulama, layur, belukang, cumi-cumi, udang putih, udang merah, udang gantung, udang hekau, ketam, dan rajungan. 
             Kapal motor yang beroperasi di daerah perairan Pulau Jemur berukuran panjang 12-25 meter, tonase 3-15 GT dengan mesin penggerak jenis Yanmar, Dompeng, dan Mitsubishi berkekuatan 20-35 PK. Pada kapal hanya terdapat 1-2 bak penyimpanan ikan yang terbuat dari fiber, sehingga kurang mencukupi bila musim ikan. Keadaan ini menyebabkan nelayan lebih suka menjual hasil tangkapan pada pedagang pengumpul yang ada di Pulau Jemur. Pengoperasian alat penangkapan ikan umumnya dilakukan secara manual, sedangkan mesin hanya digunakan untuk penggerak kapal. Armada penangkapan tersebut sebagian besar berasal dari Tanjung Balai Asahan Sumatera Utara.
              Alat tangkap yang beroperasi di Pulau Jemur terdiri dari gill net (jaring) dan rawai. Jenis jaring yang dugunakan antara lain jaring bawal, jaring senangin, jaring tualang, dan jaring swallow. Pada tahun 2008, jumlah armada yang mengunakan alat tangkap gill net sekitar 200-275 unit dan armada yang menggunakan alat tangkap rawai 50-75 unit, dengan produksi berkisar antara 152-208 ton/bln. 
            Untuk penangkapan dengan alat tangkap jaring, penangkapan dilakukan dalam satu bulan sebanyak 2 (dua) trip. Satu trip selama 8 hari penangkapan. Produksi rata-rata per armada per hari adalah 35 kg (560 kg/bln) sehingga diperkirakan produksi hasil tangkapan armada yang menggunakan jaring di perairan Pulau Jemur per hari adalah 7-9,5 ton per hari (112-152 ton/bln). 
             Untuk penangkapan dengan alat tangkap rawai, beroperasi dalam satu bulan sebanyak 2 trip. Satu trip selama 8 hari penangkapan, dimana produksi rata-rata per armada per hari adalah 45 kg (720 kg/bln), sehingga diperkirakan produksi hasil tangkapan armada yang menggunakan alat tangkap rawai di perairan sekitar Pulau Jemur per hari adalah 2,5-3,5 ton/hari (40-56 ton/bln).
             Di Pulau Jemur sendiri tidak terdapat aktivitas dari nelayan, karena daerah ini tertutup sesuai Skep Pangkowilhan I Nomor : Skep/030/IV/1979 tanggal 30 April 1979 tentang penghapusan pos Kamla serta tangkahan di Pulau Jemur.

        Kawasan Konservasi Habitat Penyu
              Habitat alami penyu di Pulau Jemur terkonsentrasi di pantai pasir sebelah selatan dan pantai pasir sebelah utara yang berhadapan dengan pulau kecil yang kadang disebut sebagai pulau penyu. Penyu juga bertelur di pantai pasir pulau penyu ini. Walaupun beberapa pulau terdapat pantai berpasir akan tetapi hanya tempat yang tidak ada gangguan manusia saja penyu tersebut melakukan aktivitas bertelur. Pada Pulau Jemur kawasan menjadi tempat untuk bertelur hanya 0,25 Ha. Predator yang mengancam sarang dan telur penyu yaitu burung laut, biawak, dan manusia.

                                  Tempat penetasan penyu         Anak penyu yang baru menetas (tukik)

                 Hampir setiap hari ada penyu yang bertelur, telur yang dihasilkan persarang sangat bervariasi, dimana kisaran telur yang ditemui sekitar 120-170 butir per sarang. Aktivitas bertelur penyu puncaknya terjadi pada bulan April, Mei, dan Juni. Pada waktu-waktu tersebut dapat dijumpai sarang 10-15 sarang per hari.
               Tekanan terhadap sumber daya penyu semakin lama semakin tinggi. Tekanan tersebut baik berupa kondisi alami saja tapi juga sangat dipengaruhi oleh kegiatan aktivitas manusia disekitar habitatnya, Kegiatan tersebut dapat berupa pemasangan jaring insang maupun aktivitas pemungutan telur penyu. 

             Berdasarkan keragaman potensi yang dimiliki oleh Pulau Jemur, maka peluang pengembangan yang potensial adalah:
1.    Usaha perikanan tangkap
2.    Konservasi penyu
3.    Ekowisata kategori wisata alam

                                                                  Sisi lain Pulau Jemur



















Minggu, 17 Oktober 2010

Karang Pulau Biawak, Indramayu

Keindahan Pulau Biawak dan sekitarnya yang dimaksud adalah keindahan pulau dan perairan laut sekitarnya sebagai satu kesatuan. Seperti diketahui bahwa Pulau Biawak dan sekitarnya hanya dihuni oleh beberapa orang penjaga mercusuar, sehingga aktivitas manusia relatif jarang dan karenanya keindahan lokasi tersebut nampak terlihat dengan adanya terumbu karang, pantai yang bersih serta mangrove dalam kondisi baik.
Pulau Biawak dan sekitarnya memiliki potensi sumberdaya yang dapat dikembangkan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan manusia. Keberadaan habitat bakau yang masih asli, terumbu karang beserta biota penghuni mempunyai potensi untuk pengembangan wisata, rekreasi, perikanan dan laboratorium alam untuk penelitian.

Terumbu karang pulau Biawak dan sekitarnya umumnya dalam kondisi “sedang” (22.73% - 47.72%), untuk menghindari kerusakan lebih lanjut diperlukan langkah-langkah konservasi. Disamping itu juga masih memungkinkan untuk dijadikan kawasan wisata bahari dengan konsep ekowisata. Dengan dijadikannya kawasan perairan Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai kawasan wisata bahari yang dikelola oleh investor,  investor akan turut melindungi  ekosistem terumbu karang dari kerusakan akibat destructive fishing sebagai aset yang akan dijual kepada pengunjung.
Analisis penilaian kesesuaian kawasan wisata bahari kategori selam memperlihatkan bahwa seluruh stasiun masuk dalam kategori sesuai (suitable) karena nilai IKW berada pada kisaran 50 - < 83%. Adapun total nilai skor tertinggi berada pada stasiun 1  dan 4 kedalaman 10 meter dengan nilai IKW 70.37%, terendah berada pada stasiun 4 kedalaman 3 meter dengan nilai IKW 50%. Nilai DDK wisata bahari kategori selam berkisar antara 10 orang/hektar sampai dengan 17 orang/hektar.
Hasil analisis SWOT diperoleh arahan strategi pengelolaan kawasan wisata bahari sebagai berikut: 1) pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang sebagai kawasan wisata bahari kategori selam secara optimal, 2) pengelolaan kawasan wisata bahari dengan berbagai upaya pencegahan kerusakan ekosistem terumbu karang, 3) mengembangkan system informasi dan kelembagaan serta meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan wisata bahari, dan 4) menjalankan dan menegakkan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
Beberapa saran  dalam rangka pengembangan wisata bahari kategori selam di Pearairan Pulau Biawak dan sekitarnya adalah:
1.    Berdasarkan daya dukung kawasan perairan Pulau Biawak dan sekitarnya diperlukan pengaturan jumlah orang yang akan melakukan penyelaman agar tidak melebihi daya dukung kawasan.
2.    Perlu ditetapkan secara formal kawasan Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai daerah tujuan wisata bahari, serta melakukan pemetaan potensi karakteristik serta biota-biota yang menarik pada masing-masing kawasan
3.    Terumbu karang di perairan Pulau Biawak karena kondisinya mendekati kerusakan sehingga diperlukan upaya-upaya konservasi, disamping  itu juga potensi tersebut harus dikembangkan untuk tujuan wisata dengan konsep wisata yang ramah lingkungan (ekowisata) yang melibatkan peran aktif  masyarakat yang hidupnya bergantung pada ekosistem yang ada di Pulau Biawak dan sekitarnya.